Ziarah Puncak Makam
Makam Ki Joko Pekik atau Kyai Abdul Faqih berada di puncak gunung Andong Magelang. Makam ini terletak di sebelah kiri dari jalur menuju puncak Andong maupun puncak Alap-alap. Berada di ketinggian 1700-an MDPL ini sering kali disebut juga dengan puncak makam.
Waktu itu diperjalankan bisa berziarah ke makam tersebut di gunung Andong via Dusun Ngablak Andong basecamp Taruna Jayagiri. Sudah beberapa kali berziarah ke makam entah punden, sesepuh desa di bulan Februari – Maret tidak ada niatan awal berziarah terlebih di gunung Andong tersebut.
Tetapi seakan diperjalankan untuk sowan seperti ada panggilan undangan dari sang sahibul makam. Semoga.
Niatnya ya tetep muncak untuk selalu healing lan waspodo menyelingi hiruk pikuk kota yang kangen akan desanya ya ndilalahnya bisa mlipir sampai desa Ngablak di lereng Andong.
Sayangnya ketika berada di puncak makam saya tidak bisa masuk mendekat maqbaroh, waktu itu karena makam yang dicungkup dengan model joglonan ini pintunya terkunci, jadilah saya bersama teman hanya uluk salam dari luar cungkup yang didesain semi terbuka.
Saya hanya berdiri dengan khidmat dari luar makam yang disepuhkan itu. Merapal doa atau kalimat kalimat suci, kemudian meniatkan pahala dan bacaan tersebut disampaikan kepada sang sahibul makam.
Setelah umbul dungo, saya bergegas turun dari puncak makam menuju puncak alap-alap kembali untuk melanjutkan masak dan ngopi bersama rombongan.
Kabut pun kembali menyelimuti puncak Andong, sekira cukup masak logistik dan berfoto ria menikmati pemandangan gunung-gunung besar di sekelilingnya, di antaranya gunung Merbabu, Merapi, Sumbing, Sindoro, Ungaran, dan Telomoyo. Tim kita mulai bersih-bersih sampah dan persiapan turun menuju basecamp kembali.
Ketika naik rombongan melewati jalur lama, turunnya kita mencoba lewat jalur baru. Dengan menuruni punggungan Andong sembari bercengkrama, guyonan, membully adalah bagian wajib kemesraan bersama hingga sampailah di basecamp kembali.
Kangen Desa
Di tempat istirahat, basecamp mendapat banyak pengalaman dan cerita menarik tentunya. Bahwa desa tetaplah asyik untuk digali dan belajar banyak dari desa. Geguyub rukunan sampai gemati, empati kepada siapa pun meski sekedar baru pertama bertemu. Menjadi teringat akan syair dari Mbah Umbu tentang desa.
“..Yang diam di dasar jiwaku
Terlontar jauh ke sudut kota
Kenangkanlah jua yang celaka
Orang usiran kota raya
Pulanglah ke desa
Membangun esok hari
Kembali ke huma berhati”
(Umbu Landu Paranggi)