Asal-usul nama “Asmara” (Asmoro) pada nama ayahanda Kanjeng Sunan Ampel, Syekh Ibrahim Asmoro:
Naskah Babad Ampel koleksi Museum Sanabudaya Yogya ini banyak mengungkap sejarah sekitar ayahanda Sunan Ampel dan Sunan Ampel sendiri baik selama di Campa, asal kelahirannya, maupun di tanah Jawa. Salah satunya adalah soal asal-usul nama Syekh Ibrahim yang menggunakan nama Asmara, sehingga disapa dalam naskah “Seh Ibrahim Asmara” atau “Seh Asmara Ibrahim”.
Pada halaman 67 ini terungkap bahwa nama Asmara (cinta, kasih) ini muncul di saat pertemuan Syekh Ibrahim dengan calon istrinya di dalam istana Campa yang bernama Dewi Sujinah.
Pas pertemuan pertama itu langsung dalam naskah ini menyebut “kasmaran ing galih” bahkan disebut 2 kali di halaman ini. Muncullah sebutan Syekh Ibrahim yang Asmoro, yang jatuh cinta pada sang Dewi.
Kisah pertemuan Syekh Ibrahim dan Dewi Sujinah ini kemudian melahirkan korpus naskah baru berjudul Suluk Sujinah di Jawa. Isinya berupa dialog ilmu-ilmu ke-Islaman dan terutama tasawuf antara Pandita Mustakim (nama lain Syekh Ibrahim Asmoro) dan Dewi Sujinah. Pesannya: dari Asmoro kepada sang dewi menuju Asmoro pada Sang Khaliq.
Dengan kata lain: nama Syekh Ibrahim Asmoro tidak ada hubunggannya dengan nama negeri Samarqand atau Samarqandi, yang katanya asal usulnya dari Samarqand di Asia Tengah itu.
Maulana Abah Habib Luthfi juga tegas membantah kaitan itu ke sana. Bantahan beliau itu dapat ditemukan argumennya pada naskah ini.
“Tahap jatuh cinta pada perempuan disebut kasmaran. Ketika jatuh cinta ke Tuhan, disebut Asmarabangun (marabangun). Nama jatuh cinta ke Tuhan itu disebut Asmara kingkin.”
*Dihimpun dari Tulisan Yai Ahmad Baso