Simbol ini ditemukan di Tiga tempat, Plaosan lor, alas Dwarapala raksasa di Sonobudoyo dan salah satu fragmen di situs Setapan Temanggung. Bentuknya lingkaran, mirip seperti simbol “yin” dan “yang” tapi memiliki tiga arah putaran.
Bukan satu kebetulan karena simbol ini baru ditemukan di komplek situs Budhis (Dwarapala Sonobudoyo berasal dari komplek Kalasan), hingga mengerucut di satu kesimpulan bila mungkin ini merupakan salah satu simbol penting dalam Buddhisme dimasa itu.
Sepertinya memang benar, simbol ini masih dipakai dan sering digunakan di Tibet. Kalau disana lambang ini berbentuk lingkaran, dengan tiga atau empat mata yang berputar di sekelilingnya.
Penafsiran artinnya bisa berbeda-beda, tergantung penggunaan. Bila digambarkan dalam 3 mata mewakili dari semua bentuk sukacita, kegembiraan dan kebahagiaan. Dimana melambangkan kemenangan dari “trivisa” disebut pula “akusala mula” atau tiga racun/tiga akar kejahatan dalam Buddhism: Keserakahan (Lobha), kebodohan batin (Moha) dan Dosa (Kebencian).
Tiga Racun ini dapat di atasi dengan Tiga Permata: Prajna, Dana dan Metta. Keserakahan/lobha di atasi dengan Dana atau kedermawanan. Kebodohan bathin/Moha di atasi dengan Pranja atau kebijaksanaan sedangkan Dosa atau kebencian dirubah dengan metta atau cinta kasih. Apabila tiga akar dari kejahatan ini telah mampu dirubah dan di tranformasikan, maka akan menjadi sumber dari kebahagiaan dan juga pembebasan dipusat menuju Nibbana.
Simbol ini juga di gunakan pada Yoga Tantra dalam Vajrayana. Penerapan dan mandalanya sedikit berbeda, penjelasannya begitu panjang, jlimet dan penulis sendiri belum begitu paham. Jadi sebegitu dulu. Paling tidak catetan beberapa tahun lalu sudah ada sedikit titik terang.
*Dikutip dar berbagai sumber