Entah ziarah ke ndero yang ke berapa kali, di setiap perjalanan selalu menemukan pengalaman-pengalaman tersendiri. sembari di sepanjang jalan sesekali mengingat ingat momen-momen kala itu waktu SMP-SMA nan, di setiap akhir semester maupun tengah semester atau bahkan sebelum ujian Nasional pasti ‘sowan’ ke Ndero Duwur.
Semacam menjadi rutinitas yang wajib, ibarat mencari banyu prawitasari untuk menuntaskan dahaga, ngelake golek berkah lan ilmu.
Semacam kangen sowan ke mbahnya. meski bukan mbah secara nasab tetapi mbah secara yang diri ini mengaku murid, mengaku dibimbing jadinya seperti membayar utang rasa kepada beliau-beliau yang ada di Ndero Duwur, sungkem bekti kagem poro Sesepuh Asy’ariyyah sedaya.
Perjalanan menuju maqbaroh Mbah Muntaha Al-hafidz diawali dari Stanagede, Mojotengah setelah kebiasaan bermain di langgar paseban berdiskusi dan sedang menyusun skenario untuk membuat film dokumenter seputar tanaman obat di kuburan.
Banyak hal yang dapat digali dan dieksplore dari kuburan tentunya. Selain nanti kearifan-kearifan dan cerita di masayarakat juga bisa digali yang nantinya bakal ikut meramaikan khasanah perfilman berangkat dari kuburan.
Sesampainya di Ndero Duwur nampak para santri-santriwati Asy’ariyyah 2 sedang mengaji di Masjid, beberapa juga terlihat nderes di seputaran maqbaroh. Saya dan dua kawan setelah mengambil banyu wulu (baca:wudhu) bergegas menuju maqbaroh.
Dilambari dengan bacaan tawasul khurmat dateng leluhur, sholawat kepada Kanjeng Nabi Saw, salam kepada para Wali-wali Allah serta alam sekalian.
Setelah selesai ritual dan doa dipungkasi lanjut mlipir nge-eskrim sebentar di warung area maqabaroh. Sembari ngobrol ngalor-ngidul sesekali ingatan saya masih seperti yang dulu, mengingat ingat asyiknya ziaroh ke ndero nduwur, berjalan menyusuri desa-desa disekitarnya yang sekarang banyak perubahan semakin ramai, cerita nyasar sampai ke alas di Dero pun juga pernah, menerobos bukit dengan jalan setapak yang tinggi demi mempersingkat waktu.
Ibaratnya melipat jarak. Bukan lain ngalap berkah semoga saja dengan jarak yang ditempuh dengan langkah kaki pendaran ilmu dan hal-hal yang baik menyertai.
Nah momentum ini lah yang sebenarnya masih banyak cerita-cerita dipikiran yang bisa dituangkan lain waktu disa disambung lagi. Nuwun.