Kemudian makna dari lafadz ruh yaitu ada dua perkara yang dimaknai dengan jisim lathif, jisim latif adalah jisim yang halus. Letaknya berada di lubang hati, Jismane yaitu jantung yang telah disebut dahulu. Dan yang kedua adalah makna dari latifah rabbaniyyah yaitu makna dari qolab yang kedua.
Kemudian lafadz nafsu yaitu ada dua perkara, yang pertama dimaknai dengan kuat dalam menahan ghodob, maksudnya adalah menahan amarah juga menahan hawa nafsu atau syahwat.
Kedua, makna dari nafsu al insan dan dzatnya, menurut perintah disebut dengan nafsu muthmainnah. Apabila kurang sempurna maka dinamakan dengan lawwamah, jika mengikuti syahwat dan ajakan setan maka dinamai dengan nafsu ammarah. Wallahu a’lam.
Adapun sifat dari Qolab ada 4 perkara. Pertama, memiliki sifat galak ketik bertingkah laku dan marah-marah. Kemudian sifat yang kedua adalah sifatnya mirip dengan kebo atau sapi ketika menuruti syahwatnya.
Ketiga, menuruti sifat dari syaiton ketika setan memerintah atau krenteg dalam hati. Keempat, sifat pangeran ketika senang kepada keluhuran, atau sengit, hina, “demen ngilmu sengit bodo”. Wallahu a’lam.
Ketahuilah, sesungguhnya sifat muhlikat itu adalah sifat yang madzmumah. Ada sepuluh perkara yang wajib diketahui. 10 perkara dari muhlikat yaitu setan, aw syaiton yang berseteru dalam diri kita, bapak kita, dan bani Adam lainnya itu wajib bagi kita untuk memerangi setan, dan menjadi wajib bagi kita untuk menjaga benteng diri, terutama hati kita. Karena sejatinya setan berniat untuk merusak benteng dalam hati kita.
Dalam menjaga pun kita tak berkuasa atas benteng hati kita ini kalau kita tak menjaga pintu masuk ati ira. Menjaga pintu supaya tak kelihatan dan di masuki oleh setan itu sendiri, sebagaimana pintu itulah jalan bagi setan menuju hati kita maka hukumnya fardhu ‘ain kita untuk menjaga terutama bagi orang mukallaf.
Ada sebelas perkara yang setan dapat merasuk pada hati kita, dan itu berasal dari sifatnya orang itu sendiri. yaitu, ghodob, syahwat, marah yang berlebihan atau istilah Jawanya muring-muring, maka ketika manusia sedang marah-marah itu adalah bagian dari ruh setan yang telah merasuk pada hati kita. Mata dari setan itu berada pada mata kita juga ke seluruh bagian tubuh kita. Wallahu a’lam. (Kitab Munjiyat hal 3-4)