Menu

Mode Gelap
 

Ngaji Naskah WIB ยท

Membaca Tarikh Auliya’ #3


					Membaca Tarikh Auliya’ #3 Perbesar

Dewi Sekardadu

Dewi Sekardadu ibu Sunan Giri itu putrinya Minak Sembuyu raja Blambangan bin minak Pragolo bin Bambang Pengging bin Bambang Wajana bin Raden Siung Wanara bin raja Mundi Wangi.

Telah dikisahkan: raja Mundi Wangi dari Pajajaran itu yang dari istri padmi memiliki 3 putra: 1. Raden Ayu Himuk, 2. Raden Ayu Retno Kusumo, 3. Raden Suruh (buyutnya Raden Fattah). Lalu (raja Mundi Wangi) dari istri ampeyan memiliki 1 putra bernama Siung Wanara.

Bambang Pengging tidak mau mengakui Majapahit lalu ia tingal di Gunung Semeru sampai memiliki putra dan keturunan, akhirnya ada keturunannya (Bambang Pengging) mendirikan kerajaan Blambangan.

Telah dikisahkan: ketika Raden Rahmat sudah membuka pesantren di Ampel Denta, Maulana Ishaq dari negeri Pasai saudara Maulana Ibrahim Asmara datang ke tanah jawa untuk syiar agama Islam sekaligus (iras-irus) mengunjungi keponakannya di Ampel Surabaya.

Maulana Ishaq menaiki perahu milik saudagar dari Gresik (ketika itu Maulana Ishaq sudah memiliki 2 putra: Sayyid Abdul Qodir/Sunan Gunung Jati dan Siti Sarah yang waktu itu ikut juga). Setelah tiba di Gresik Maulana Ishaq melanjutkan perjalanan ke Ampel Denta. Ketika Maulana Ishaq di Ampel, Raden Rahmat sedang menunaikan sholat ashar. Ketika itu yang ikut jadi makmumnya hanya 3 orang: 1. Raden Wirajaya, 2. Abu Hurairah, 3. Ki Bang Kuning.

Setelah Maulana Ishaq sudah bertemu Raden Rahmat, lalu mereka ngobrol dan tukar informasi secukupnya. Maulana Ishaq menetap untuk sementara waktu di Ampel untuk istirahat. Tidak sampai beberapa bulan lamanya Maulana Ishaq pamit untuk meneruskan perjalanannya menuju timur atau barat untuk mensyiarkan agama Islam.

Ternyata Maulana Ishaq merasa kesulitan (dalam mensyiarkan agama Islam). Sebab waktu itu memang orang jawa umumnya beragama Buda dan Hindu. Maulana Ishaq lalu bertapa tirakat di gunung Selangu Banyuwangi.

Dikabarkan: raja Blambangan Minak Sembuyu memiliki putri bernama Dewi Sekardadu yang sedang sakit, sudah diberikan obat apapun tapi tidak ada yang manjur. Lalu sang raja mengadakan sayembara: “siapapun yang bisa menyembuhkan penyakit putrinya jika ia laki-laki akan dinikahkan dengan putrinya dan akan diberikan separoh kerajaannya.

Ketika Maulana Ishaq mendengar kabar sayembara itu, dalam hatinya bersyukur sekali karena merasa pertolongan Allah sudah nyata semakin dekat. Ia merasa jika apa yang dicita-citakan untuk menyebarkan agama Islam akan segera terkabulkan/terwujud.

Singkat cerita: Maulana Ishaq mengikuti sayembara tersebut dan hasilnya bisa mengobati putri Sekardadu sampai sembuh total. Akhirnya Maulana Ishaq dinikahkan dengan sang putri dan betul ia diberikan separoh wilayah kerajaan Blambangan.

Segala yang dicita-citakan Maulana Ishaq terwujud, pemimpin yang ada di bawah wilayah kekuasaannya berbondong-bondong masuk Islam. Tapi Maulana Ishaq masih merasa belum puas karena sang raja sendiri belum memeluk islam.

Lalu Maulana Ishaq memutuskan untuk menghadap sang raja dengan tujuan untuk mengajarkan agama Islam. Tapi sang raja masih tidak mau, malah raja marah sampai menghunus pedangnya. Maulana Ishaq mau dibunuh iapun lari dari Blambangan. Ketika kejadian itu istrinya, Dewi Sekardadu, sedang hamil 7 bulan. Alangkah sedih dan resahnya sang putri tidak bisa dilukiskan.

Tidak berselang dengan kejadian Maulana Ishaq melarikan diri, Allah menurunkan bala di kerajaan Blambangan berupa banyaknya orang yang terkena penyakit “sore”. Pagi sakit, sore mati. Adanya penyakit itu membuat raja mempunyai firasat jika yang membawa penyakit ke negerinya itu adalah jabang bayi yang berada dalam kandungan putrinya (anak dari Maulana Ishaq), Dewi Sekardadu.

Sang raja memerintahkan, besok ketika sang bayi sudah lahir agar langsung membuangnya ke samudra. Terjadilah, ketika bayi yang merupakan cucu raja itu sudah lahir segeralah dimasukkan ke peti dan di buang ke samudra. Peti yang berisi bayi itu terombang-ambing sampai Gresik.

Peti itu ditemukan oleh Mbok Rondo yang bernama Nyai Pinatih. Ketika peti itu dibuka, alangkah kagetnya ia setelah mengetahui isi dalam peti itu adalah bayi yang masih “merah”. Mbok Rondo senang sekali menemukan peti berisi bayi itu, akhirnya bayi itu dirawatnya dan diangkat menjadi anaknya. Jabang bayi itu diberi nama Raden Paku. Raden Paku inilah yang kelak dewasanya bergelar Sunan Giri Gresik.

Ada salah satu riwayat mengatakan: ketika Maulana Ishaq tiba di tanah jawa itu sendirian tidak bersama putranya.

Kembali pada kisah setelah Maulana Ishaq berhasil lolos dari Blambangan, ia lalu kembali ke negaranya, yaitu negeri Pasai. Lalu ia berpesan pada kedua putranya: Sayyid Abdul Qodir/Sunan Gunung Jati dan Siti Sarah, agar menyusul saudara sepupunya di tanah jawa (Raden Rahmat). Dan akhirnya Maulana Ishaq meninggal di Pasai.

Para Wali yang datang saat meninggalnya Kanjeng Sunan Ampel Surabaya :

  1. Nama : Raden Ibrahim
    Julukan : Sunan Bonang
    Daerah : Tuban
    2. Nama : Raden Paku
    Julukan : Sunan Giri
    Daerah : Gresik
    3. Nama : Raden Syahid
    Julukan : Sunan Kalijaga
    Daerah : Dermayu
    4. Nama : Raden Abdul Qodir
    Julukan : Sunan Gunung Jati
    Daerah : Cirebon
    5. Nama : Raden Sa’id
    Julukan : Sunan Muria
    Daerah : Kudus
    6. Nama : Raden Amir Haji
    Julukan : Sunan Kudus
    Daerah : Kudus
    7. Nama : Raden Sayyid Muhsin
    Julukan : Sunan Wilis
    Daerah : Cirebon
    8. Nama : Raden Haji Usman
    Julukan : Sunan Manyuran
    Daerah : Mandalika
    9. Nama : Raden Fatah
    Julukan : Sunan Bintoro
    Daerah : Demak
    10. Nama : Raden Usman Haji
    Julukan : Sunan Ngudung
    Daerah : Jipang Panolan
    11. Nama : Raden Jakandar
    Julukan : Sunan Bangkalan
    Daerah : Madura
    12. Nama : Khalifah Husein
    Julukan : Sunan Kertoyoso
    Daerah : Madura
    13. Nama : Sayyid Ahmad
    Julukan : Sunan Malaka
    14. Nama : Pangeran Santri
    Julukan : Sunan Ngadilangu
    15. Nama : Raden Abdul Jalil
    Julukan : Sunan Siti Jenar
    Daerah : Jepara
    16. Nama : Raden Qosim
    Julukan : Sunan Drajad
    Daerah : Sedayu

Diceritakan: ketika Sunan Ampel meninggal (beliau bergelar “Sunan Sepisan di Tanah Jawa/Sunan Utama di Tanah Jawa”), para wali-wali yang disebutkan diatas bermusyawarah untuk mencari orang yang melanjutkan sebagai Khalifah. Ketika itu diputuskan: Raden Fattah (sebagai pengganti Sunan Sepisan di Tanah Jawa setelah Raden Rahmat). Lalu setelah itu Raden Fattah segera membuka pesantren di Demak Bintoro, ribuan santrinya.

Sebagian Riwayat

Sunan Ampel Maulana Rahmat itu bin Ibrahim bin Jamaluddin Husein. Sunan Giri Maulana Ainul Yaqin (Raden Paku) itu bin Ishaq bin Ibrahim bin Jamaluddin Husein. Sunan Kudus Sayyid Ja’far Sodiq itu bin Haji Usman bin Jamaluddin Husein. Sunan Cirebon, Syarif Hisdayatullah itu Sultan Imaduddin bin Abdillah bin Najmuddin Barakat bin Jamaluddin Husein.

 

Lalu, Sayyid Jamaluddin Husein ini Ahmad Syah bin Abdullah Khan bin Amir Abdul Malik bin Alwi bin Ali bin Muhammad bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Abdillah bin Ahmad Al Muhajir Al Faqih Al Muqoddam bin Isa Al Bashori bin Muhammad Rumi bin Ali Al ‘Aridhi bin Ja’far Ash Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainul Abidin bin Imam Husein bin Ali Wabni Fathimah Azzahro’ binti Rosulillah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam.

Catatan:

  1. Di Jawa Timur dulu secara teritorial pasca Majapahit runtuh pernah terbagi menjadi tiga kerajaan/wilayah besar: 1. Ampel Denta, 2. Giri Kedhaton, 3. Blambangan. Semua wilayah kerajaan di Jawa Timur ini runtuh mulai abad 16 sampai 17 Masehi. Kerajaan Hindu Blambangan merupakan wilayah kerajaan terakhir di Jatim yang runtuh pada abad 1772 M. Setelah memenangkan perang dengan VOC yang dipimpin Kapiten Van Schaar. Meskipun hanya berjarak 3 abad dari sekarang, cukup susah untuk mencari sisa-sisa dari kerajaan Hindu Blambangan.
  2. Tokoh Sekardadu dibeberapa titik daerah cukup melekat pada legenda di daerah tersebut. Tidak mengherankan sejauh penelusuran penulis terdapat 5 titik yang sampai saat ini kerap disebut sebagai makam Dewi Sekardadu: 1. Ketingan Sawohan Buduran Sidoarjo, 2. Dusun Gebang Klopo Desa Gisik Cemandi Kecamatan Sedati Sidoarjo, 3. Dusun Gunung Anyar Kelurahan Sido Mukti Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik, 4. Desa Gondang Lor Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan, 5. Puthuk Giri Desa Mojo Panggung Kecamatan Giri Kabupaten Banyuwangi

 

Artikel ini telah dibaca 36 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Setelah Darmogandhul. Lalu apa lagi?

4 Januari 2022 - 20:20 WIB

Kelas Jangkah Akademi & Serat Ambatik

23 Agustus 2021 - 00:13 WIB

Mistifikasi Dalam Babad Diponegoro

7 Agustus 2021 - 02:09 WIB

Kitab Nurudzolam & mbah Pramoedya Ananta Toer

10 Juni 2021 - 07:57 WIB

Wudlu Menurut Kiai Sholeh Darat

7 Juni 2021 - 09:24 WIB

4 kelompok Manusia Menurut Kyai Sholeh Darat – Bagian 2

2 Juni 2021 - 22:37 WIB

Trending di Ngaji Naskah