Sekul
” lwir niŋ tinaḍah; skul matīman, matumpuk asinnasin, ḍaiŋ kakap, ḍaiŋ kaḍawas, rumahan, layar layar, huraŋ, halahala, hantiga”
Yang di terima adalah nasi tim, menumpuk ikan yang diasinkan (seperti) ikan asin kakap, ikan asin kaḍiwas, rumahan, layarlayar, udang, halahala dan telur. -Prasasti Pangumulan 824 Ç-
Ada beberapa nama-nama makanan kuna yang tertulis dalam prasasti tersebut. Tetapi saya hanya akan membahas “Skul” saja. Berdasarkan dari berbagai sumber prasasti, kata “skul” merupakan salah satu makanan sehari-hari.
Bahan pokok ‘skul’ mungkin sekali adalah beras atau padi (oryza Sativa), meskipun di jawa barat kata “skul” sendiri merujuk pada Juwawut (Setaria italica). Pada beberapa tempat nama skul masih ada namun menjadi sekul.
“Skul paripurna” menurut Titi Surti Nastiti, dapat diartikan sebagai nasi yang lengkap dengan lauk dan sayurnya. Bisa jadi yang dimaksud adalah nasi tumpeng, pada saat selamatan di era sekarang.
Ada pula istilah “skul matiman” yang sekarang dikenal sebagai nasi tim. ‘skul diyun’ atau nasi yang dimasak di dyun (periuk kendil). Dikenal pula istilah pa(ŋ) liwetan atau periuk penanak nasi. Sehingga ‘skul diyun’ diartikan sebagai nasi liwet.
Istilah lainnya ‘skul daṅdaṅan, hinirus, kla kla. Kata “daṅdaṅan (dangdangan)” dari “daṅ(dang)” karena dijumpai pula kata pande daṅ yang berarti pande logam yang khusus membuat periuk tembaga atau dandang, sehingga ‘skul daṅdaṅan’ diartikan sebagai nasi yang ditanak dengan dandang.
Hinirus dari kata hirus, sampai saat ini masih dikenal peralatan masak tradisional yang disebut dengan irus, yakni sendok sayur dari tempurung kelapa. Kla kla dalam bahasa jawa baru masih dikenal istilah “kela(n)” yang berarti memasak sayur atau sayur.
*Sumber : Nita Anita
Anita Swandayani, Makanan dan minuman dalam masyarakat Jawa kuno abad 9-10 M ; suatu kajian berdasarkan sumber prasasti dan naskah, Skripsi Fakultas Sastra Univeristas Indonesia, Jakarta