Menu

Mode Gelap
 

Klenik WIB ·

Makam di Tengah Perumahan


					Makam di Tengah Perumahan Perbesar

Makam Tengah Perumahan

Sebagai penganut suluk Al Padangy atau penganut lelaku nasi Padang, agaknya kurang lengkap apabila sudah bermukim disuatu tempat atau sedang transit tetapi kering akan perjalanan sepiritual.

Suasana di makam Mbah Bringin Perumahan Permata Puri, Ngaliyan, Semarang.

Sabtu (15/1/2022) malam, suasana Semarang dan sekitar lebih tepatnya Ngaliyan mendung sebelumnya hujan turun mengguyur wilayah tersebut. Dingin terasa dikulit mengingatkan suasana di negeri atas awan, Wonosobo tentunya. Meskipun begitu tak menyurutkan untuk dolan saba makam menyelingi hiruk pikuk penatnya di perantauan.

Sampaikanlah walau satu makam, adalah ungkapan untuk menyampaikan pesan dari makam akan keilmuan yang dapat digali informasi terkait dengan sang sahibul makam sampai dengan cerita tutur, yang hanya disampaikan lewat getok tular yang kadang minim data dari rujukan naskah-naskah kuno.

Sebagaimana makam yang dipercaya makam dari pembabat daerah Beringin ini, makam Mbah Beringin Lokajaya Sholawat (jika di cari di Mbah Gugel ketemu rute menuju makam tersebut) Salah satunya makam yang saya ziarahi malam lalu yang terletak di tengah-tengah suasana perumahan, tepatnya di samping Masjid Permata Puri, Ngaliyan, Semarang.

Waktu itu jarang ada orang yang bisa saya gali terkait dengan info makam tersebut, hanya ada satpam di daerah masjid tersebut pun saya tidak jadi bertanya banyak karena dari pasuryannya seperti tidak enak.

Entah karena saya dan teman saya dianggap ‘mencurigakan’ sowan ke makam malam hari yang dari pacakan rak mbejaji blass boleh jadi bisa dikira style golek nomer wkw dengan celana pendek dan atasan jaket tidak seperti orang lumrah berziarah, meskipun begitu niatan dan dalam hati kita tulus tetap takdhim dan hormat ketika ziarah.

“Seko ngendi mas?” dengan nada tegas beliau.
“Mriku pak” saya menjawab.
“Makam?” masih dengan nada yang sama.
“Iya pak”. saya menimpali dengan singkat.

Mendengar nada beliau bertanya seperti itu batin saya mengurungkan untuk menggali lebih tentang makam yang berada di tanah yang agak tinggi dari jalan anggap saja di bukit sampai dengan menyelami informasi dari sesepuh, tokoh yang paham tentang kisah yang mbabat wilayah tersebut.

Sebenarnya bisa sampai dilokasi makam itu pun tidak ada rencana apapun. Ndilalah keluar dari kontrakan lanjut pernah mendengar info kalau ada makam di dekat masjid Permata Puri tersebut, maka sembari ngiras-ngirus mumpung sejalur ya langsung gas meluncur ke lokasi.

Suasana sepi kali itu, hanya ditemani lampu dari atas maqbaroh cukup untuk menyinari sekitar. Dibumbui dengan suara jangkrik berderik, rapal hadloroh, sholawat nabi sampai doa saya panjatkan sekadar kuasa.

Setelah selesai mencoba menerka atau melihat nisan dari kayu, ada dua makam di tempat tersebut. Ukiran kayu sebagai nisan tidak ada ciri khusus tanda apakah ini nisan lama atau sudah diganti dengan yang baru.

Terlihat dari sisi samping kanan ada ukiran seperti tumpal yang bisa kita lihat pada candi atau dituangkan pada motif kain batik. Dengan didalam tumpal berbentuk segitiga tersebut ada 3 ukiran dengan motif bunga, ceplok telur.

Ukiran-ukiran yang tersematkan pada nisan Mbah Bringin tesebut adalah bagian dari doa-doa yang dipanjatkan agar sang sahibul makam diampuni oleh Gusti Allah, dan disyafangati Kanjeng Nabi, bihaqqin nabi Muhammad Saw..

Ditengah maqbaroh ada pohon yang tumbuh nampak ratusan tahun usia dari pohon tersebut. Dari segi nama toponim daerah Beringin atau penamaan wilayah adalah didasarkan pada tahapan lelaku hidup manusia.

Ya, memang wilayah itu bernama Beringin dan masih masuk kecamatan Ngaliyan, dan jika melebar sedikit nanti asal kata Ngaliyan pun ketika dirunut karena mungkin dulu wilayah itu ditempati tokoh yang berpengaruh, seperti kata Sayyidan untuk nama suatu tempat, Ngaliyan entah tempat yang tinggi atau yang di muliakan. Serta tempat-tempat lainnya yang berangkat dari nama serapan atau toponim yang menandakan tahapan suluk salah seorang tokoh pada masa itu ketika membabat suatu daerah. Wallahu a’lam bishowab.

Linnabi wa li Mbah Beringin Al fatihah..

Artikel ini telah dibaca 94 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Mahasiswa KKN UIN Walisongo Kelompok 11 Gelar Pengajian Akbar Sumurrejo Bersholawat

2 Agustus 2022 - 19:04 WIB

Nguri-uri Budaya Jawi, KKN MMK UIN Walisongo Menyaksikan Reog Semarangan

28 Juli 2022 - 05:06 WIB

Maulid Nabi Menurut Mbah Sholeh Darat

8 November 2021 - 05:16 WIB

Ka’bah yang Asli

22 Oktober 2021 - 10:22 WIB

Mengkhusyu’i Tapak Hijrah Kanjeng Nabi

11 Agustus 2021 - 00:53 WIB

Islam Nusantara: Kritik Diri (3)

28 Juli 2021 - 17:57 WIB

Trending di Klenik