Setiap kali berkujung atau berziarah mesti menemukan sebuah pengalaman dan keilmuan yang baru, baru bagi saya, meski bagi orang lain sudah menjadi lumrah. Saya anggap sebagai sebuah hikmah dari proses dolan kuburan.
Ketika dolan kuburan yang letaknya masih di lereng pegunungan Dieng ini saya baru sadar dan teringat dengan sebuah tanaman yang tumbuh di sekitar makam yang menarik dan banyak khasiatnya, Tanaman Senggugu, sengugu dan beragam nama penyebutannya (Clerodendron serratum (L.)Spr.) biasanya ditemukan di hutan sekunder, padang alang-alang, dan tepi jalan.
Namun, tumbuhan ini baru saya temui di pesarean ini. maklum saya masih awan terkait hal tanaman. Seduhan kulit akar tanaman senggugu digunakan secara turun temurun. tumbuh liar di tempat terbuka atau agak terlindung. Seluruh bagian tanaman dapat bermanfaat.
Secara umum dipakai terutama untuk gurah hidung. Dengan cara diteteskan ke lobang hidung, dengan didiamkan beberapa saat. Kotoran berupa bakteri, jamur maupun virus akan keluar dari saluran paru melalui mulut, hidung dan mata.
Daunnya dapat digunakan untuk mengobati penyakit maupun untuk mengobati luka, bisul, rematik, dan cacingan. Akar dari tanaman ini juga bermanfaat untuk mengobati wasir. Mengingat banyaknya manfaat sengugu, besar kemungkinan tanaman ini memiliki aktivitas antibakteri.
Tanaman Sengugu ini tumbuh liar pada tempat-tempat terbuka atau sedikit terlindung, dekat air yang tanahnya sedikit lembab dari dataran rendah sampai 1.700 m dari permukaan laut. Seggugu diduga tumbuhan asli Asia tropik. Perdu tegak, tinggi 1 – 3 m, batang berongga, berbongkol besar, akar berwarna abu kehitaman.
Dengan daun tunggal, tebal dan kaku, bertangkai pendek, letak berhadapan, bentuk bundar telur sampai lanset, ujung dan pangkal runcing, tepi bergigi tajam, pertulangan menyirip, kedua permukaan berambut halus, warnanya hijau.
Dalam sebuah jurnal terkait tanaman sengugu ini ketika dibuat untuk obat batuk dipakai dua buah Clerodendron serratum yang sudah masak, dicuci, dikunyah lalu ditelan perlahan-lahan.
Kandungan kimia. Daun dan akar Clerodendron serratum mengandung saponin dan flavonoida, disamping itu daun juga mengandung alkaloida dan tanin, sedang akarnya mengandung poiifenol. Perihal ini perlu ditulis ulang dan dikaji dengan bahasa dan istilah dari diri kita ini.
Menurut teman saya tanaman ini diklasifikasikan ke dalam kingdom Plantae (tumbuh- tumbuhan), divisi Spermatophyta (tumbuhan berbiji), subdivisi Angiospermae (berbiji tertutup), kelas Dicotyledoneae (berbiji dua), bangsa atau ordo Solanales, suku atau famili Verbenaceae, marga atau genus Clerodendron, jenis atau spesies Clerodendron serratum (L.) Spr.
Nama lain dari tanaman ini adalah C. javanicum Walp.; sinar baungkudu (Batak Toba); tinjau handak (Lampung); senggugu (Melayu); singgugu (Sunda); srigunggu, sagunggu (Jawa); kertase, pinggir tosek (Madura); san tai hong tua (Cina).
Katanya dalam menuliskan terkait istilah semacam itu harus runtut dan tak boleh ngawur, saya meng-amini.
Bunga sengugu ini majemuk yang muncul pada ujung batang, berbentuk seperti lonceng.
Bunga senggugu memiliki warna hijau keunguan. Kepala sari sarinya kuning tua, putik lebih panjang daripada benang sari, bagian bawahnya berwarna putih dan semakin ke atas warnanya akan semakin berubah menjadi ungu.
Buah tumbuhan sengugu ini termasuk buah yang berbentuk bulat telur, saat masih muda berwarna hijau dan setelah tua berwarna hitam. Akarnya merupakan akar tunggang, dan berwarna cokelat.
Nah, sekali lagi kuburan tua lah juga yang menyimpan kekayaan hayati bernilai tinggi semacam ini. saya menganggap tak hanya kebetulan saja, tapi lebih dari itu.
Sebuah hikmah yang terpendam dan perlu dipelajari semacam tanaman itu tubuh adalah sebagai patokan atau pertanda sebuah tingkat dari sahibul makom yang memberikan beragam manfaat dan ilmu hikmah.
Tanaman, bunga, relief, jirat nisan dan sebagainya adalah salah satu rujukan dalam membuat motif batik misalnya. Nah hal ini adalah bagian dari satu sudut pandang dan masih banyak yang perlu diungkap pada waktunya. Wallahu A’lam bisshowab.