Kanjeng Nabi dan Blues
Saya itu, terus terang, curiga. Mengapa pelantun azan yang dipilih dan disukai oleh Kanjeng Nabi adalah Bilal ra. Ada banyak alasan hermeneutis yang diajukan oleh sejarawan.
Di antaranya adalah untuk mengangkat harkat-martabat kelas budak di antara orang beriman. Sudah jamak diketahui, Bilal adalah muslim dari kalangan budak, berkulit hitam, dan sebelum Islam dianggap sebagai makhluk kelas dua.
Bilal berasal dari Ethiopia.
Saya mengajukan kecurigaan atas kecintaan Kanjeng Nabi pada Bilal itu berdasarkan tafsir musikal. Mungkinkah karena Kanjeng Nabi itu, secara taste musik, memiliki kecenderungan untuk mencintai suara dan alunan langgam khas Bilal.
Sedangkan Bilal itu berasal dari Afrika. Kemungkinan kuat, alunan langgam dan corak suara Bilal adalah corak langgam dan cengkok suara khas Afrika, yang dalam telinga manusia hari ini, disebut: blues.
Nada, irama, dan atau langgam yang dimiliki suatu kaum adalah sesuatu yang tetap (tsawabit). Bila pun berubah, butuh waktu lama.
Karena itu, apakah pilihan dan kecintaan Kanjeng Nabi pada Bilal sebagai pelantun azan terbaik itu, merupakan dalil kecenderungan selera musik sang lelananging jagad itu pada blues? Sudah lama saya merefleksikan hal ini.
Bukan saja karena saya mencintai blues. Tapi belakangan hal itu saya temukan pendasarannya pada tafsir atas hubungan Kanjeng Nabi dan Bilal. Wallahu a’lam. (YA)