Menu

Mode Gelap
 

Talks WIB ·

Apakah Pembelajaran Daring Menjadi Solusi Efektif di Masa Pandemi?


					Apakah Pembelajaran Daring Menjadi Solusi Efektif di Masa Pandemi? Perbesar

Apakah Pembelajaran Daring Menjadi Solusi Efektif di Masa Pandemi?*

 

Dalam membentuk manusia yang berkualitas, pendidikan merupakan salah satu dari sekian metode yang dapat meningkatkan taraf mutu kualitas manusia. Sehingga dalam aktifitas pendidikan setiap tahunya melahirkan kompeten-kompeten baru dalam bidang ekonomi, politik, dan teknologi. 

Selama kurang lebih satu tahun ini siswa telah menghabiskan waktu belajar secara daring, mengingat kondisi saat ini belum memungkinkan baik dari siswa maupun guru untuk melaksanakan aktivitas pendidikan. Hal ini dikarenakan adanya Corona Virus Disease (Covid-19) secara masif telah menyebar ke berbagai wilayah di seluruh Indonesia. Mengingat keadaan tersebut belum memungkinkan dibukanya kembali aktifitas pendidikan dengan tatap muka.  

Tercatat (29/05/2020) Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (kemendikbud) menebitkan Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar  Dari Rumah Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19.

Hal ini dimaksudakan untuk memenuhi hak peserta didik untuk mendapatkan layanan pendidikan selama darurat Covid-19, melindungi warga satuan pendidikan dari dampak buruk Covid-19, mencegah penyebaran dan penularan Covid-19 di satuan pendidikan dan memastikan pemenuhan dukungan psikososial bagi pendidik, peserta didik, dan orang tua.

Apakah ini menjadi suatu solusi efektif atau menjadikan terobosan baru dalam pelaksanaan aktifitas pendidiakan, mengingat bahwa tujuan dari pendidikan tidak hanya guru mengajarkan teori-teori terapan pada murid. Akan tetapi, tujuan utama dari Pendidikan yaitu mengembangkan skill baik secara akhlak, penalaran, dan kreatifitas dari murid itu sendiri.

Sehingga aktivitas pembelajaran secara langsung sangat diperlukan, mengingat guru perlu mengamati perkembangan murid secara langsung untuk melihat perkembangan peserta didik serta menjadikanya evaluasi apa yang menjadikannya kekurangan dalam proses pembelajaran terebut.

Melihat keadaan saat ini, siswa melakukan pembelajaran secara daring dan banyak melakukan aktifitas di rumah, menjadikannya siswa tidak lagi merasakan atmosfer belajar di ruang kelas, riuh tepuk tangan atas keberhasilan belajar tidak lagi terdengar, keakraban pertemanan antar siswa tak lagi ditemui, bahkan siswa kehilangan momen saat mereka pulang ke rumah dan menceritakan pengalaman bersekolahnya kepada orangtua. 

Hal ini menjadi koreksi apakah daring merupakan solusi efektif dalam proses pembelajaran. Dikarenakan himbauan melaksanakan daring dimaksudkan sebagai bentuk pencegahan penyebaran virus yang relatif penyebaran sangat cepat lewat saluran pernafasan dan bersentuhan fisik secara langsung.

Sehingga pembeajaran secara offline dikategorikan sebagai bentuk pengumpulan kerumunan yang mana di indikasikan menjadi salah satu meningkatnya angka penyebaran virus Covid-19.

Di akses dari laman resmi Komite Penanganan Covid-19 Dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) https://covid19.co.id/peta-sebaran, tercatat kasus penyebaran Covid-19 di angka 1,911,358. Kasus aktif 113,388, sembuh 1,745,091, meninggal 52,879. 

Mengingat bahaya dari penyebaran Covid-19 menjadikan pembelajaran daring secara masif diberlakukan. Hal ini membuat efektivitas proses pendidikan tidak didapatkan anak secara utuh, dimana siswa seharusnya mendapatkan bimbingan dan perhatian guru secara langsung tetapi kini mulai terbatasi.

Ketika melihat kaca mata sebelah, pada sektor-sektor lain pasar misalnya. Yang secara langsung menimbulkan kerumunan bahkan protokol kesehatan kurang diperhatikan tetap berjalan lancar. Apa yang membedakan dari aktifitas tersebut, padahal keduanya sama-sama menimbulkan keumunan?

Berdasarkan evaluasi, saat ini pembelajaran secara daring dinilai memiliki efek negatif. Secara tidak langsung dari metode pendidikan yang diterapkan menjadikan peserta didik membiasakan diri untuk sering bermain gadget. Sehingga kurangnya interaksi dengan teman sekelas dan pengalaman secara langsung membuat anak cenderung introvert dan lebih suka bermain hp dari pada bermain dengan anak sebayanya.

Padahal anak pada tahap game stage dan play stage membutuhkan pengalaman secara langsung dari aktifitas bermain maupun pendidikan. Sehingga dukungan dari guru dan lingkungan yang akan membentuk kepribadian anak menjadi karakter yang lebih baik.

Para pakar Pendidikan mengatakan bahwa yang mengantarkan siswa sesuai harapan ideal, tidak hanya mempelajari materi terapan dengan mengikuti kurikulum yang dipelajari saja (written curriculum) namun juga hidden curriculum yang meliputi lingkungan sekolah, suasana kelas, bahkan kebijakan dan manajemen pengolahan sekolah dalam hubungan interaksi secara vertikal dan horisontal maupun interaksi antara guru dengan murid.

Yang harus diperhatikan dalam pendidikan ialah bahwa dengan pembelajaran secara utuh dapat mengembangkan psikologis, soft skill, dan penalaran anak didik.

Kemudian yang menjadi pertanyaan, apakah dari pendidikan secara daring siswa akan mendapatkan pengalaman pendidikan? Sebaliknya, fakta membuktikan bahwa pembelajaran secara daring yang dimaksudkan untuk meminimalisir timbulnya kerumunan dan pencegahan menyebarnya virus, malah menimbulkan aktifitas yang tidak kondusif.

Menjadikan terobosan baru untuk anak sering dalam bermain gadged, aktifitas diluar rumah semakin terbuka lebar karena tidak ada pembelajaran disekolah. 

Adapun yang terjadi, sekarang orientasi pendidikan selama pandemi terpaku pada pemaksimalan pemberian tugas, guru memberikan tugas dan murid menyelesaikan tugas yang diberikan, hal tersebut  sudah dianggap selesai dan memenuhi standar pendidikan.

Hal ini malah menjadikan prespektif baru bagi anak bahwa pendidikan suatu hal yang membosankan. Bahkan sarana untuk belajar kurang memadai, media yang digunakan sebatas aplikasi Whatsapp, Google Meet, Zoom dsb. Diharapkan dalam menggunakan aplikasi tersebut anak akan canggih dalam menggunakan teknologi dan dianggap pendidikan modern.

Perlu dikoreksi dan evaluasi lebih lanjut, bahwa yang terpenting saat ini adalah bagaimana peran dari Lembaga Pendidikan dan dukungan dari pemerintah untuk meningkatkan mutu dalam sektor pendidikan, anak-anak merupakan agent of change bagi suatu bangsa.

Pendidikan seharusnya tetap berjalan semestinya, anak mendapatkan hak pembelajaran secara utuh dan guru memenuhi apa yang menjadi tugasnya. Yang terpenting meskipun aktifitas pembelajaran offline diberlakukan, tetap harus memenuhi protokol kesehatan. Setidaknya menerapkan 3M menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. 

Diharapkan dengan ditetapkan pembelajaran secara offline, suatu negara tidak akan kehilangan agen-agen perubahan. Maka dari itu, lingkungan yang mendukung dan pendidikan yang utuh diperlukan saat ini. Mengingat zaman semakin modern dan teknologi semakin canggih.

 

 Muhammad Akmal Sauqi Abdullah*

Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Sains Al-Qur’an, bertempat tinggal di Jln, Kolonel Kardjono No.7 Wonosobo, Jawa Tengah. via email bisa dijumpai di sakiukakmal@gmail.com

 

Artikel ini telah dibaca 3 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Angkat Potensi Desa Lewat Srawung Gunung

24 Juli 2022 - 21:22 WIB

Mengenal Kitab Pesantren: Kitab Lathaif At-Thaharah Karya Kiai Sholeh Darat

25 Desember 2021 - 06:54 WIB

Sekolah Tanpa Seragam

18 Desember 2021 - 05:47 WIB

Kiai Bramasari: Epistemologi dan Genealogi

21 November 2021 - 00:37 WIB

Bobot Bibit Matan Syarah

30 Oktober 2021 - 07:39 WIB

Ronggowarsito, Perkawinan Mistik Jawa-Islam, dan Kehidupan Sosial

11 September 2021 - 00:16 WIB

Trending di Talks