Menu

Mode Gelap
 

Ngaji Naskah WIB ·

4 kelompok Manusia Menurut Kyai Sholeh Darat – Bagian 2


					4 kelompok Manusia Menurut Kyai Sholeh Darat – Bagian 2 Perbesar

Kami menambahkan : Inilah yang dimaksud dengan ihsan. Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ditanya oleh malaikat Jibril ‘Alaihis Salam pengertian Ihsan. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab :

أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ. فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهٗ يَرَاكَ

“Ihsan adalah hendaknya engkau menyembah (beribadah kepada) Allah, (misalnya shalat), seolah olah engkau melihat Allah. Jika engkau tidak bisa melihat Allah, maka (hendaknya yakin bahwa) Allah melihatmu”.

Jika kita perhatikan hadits di atas, maka tingkat ihsan yang pertama adalah “menyembah Allah, seolah olah engkau melihat Allah”. Inilah yang terjadi pada diri Nabi, Rasul dan orang-orang yang dipilih oleh Allah ta’ala (Manusia-manusia yang ruhnya berada di shaf pertama).

Sedangkan ihsan yang kedua adalah “Jika engkau tidak bisa melihat Allah, maka (hendaknya yakin bahwa) Allah melihatmu”. Inilah ibadah yang dilakukan oleh manusia yang ruhnya (ketika di alam arwah) berada pada shaf kedua, yakni ‘Awaamul Awliyaa’ (para awliya yang ‘awam/ umum) dan khawaashul Mukminiin (Orang beriman yang khusus).

Sedangkan manusia yang ruhnya berada dalam shaf ketiga, yakni ‘Awaamum mukminiin (orang beriman yang awam/ umum), shalat dalam gerakan dhahir saja, tapi batinnya lalai kepada Allah. Atau ia mendapatkan derajat ihsan, tapi dalam keadaan tertentu (sangat sedikit). Misalnya hanya ketika takbir saja, atau sujud saja.

Demikianlah, ternyata keadaan manusia di dunia ini, dan ibadahnya serta makrifat (pengenalannya) kepada Allah telah ditentukan oleh Allah ketika meletakkan ruh kita pada barisan ke berapa  saat ruh kita itu masih berada di alam mitsaq (alam arwah).

Hal ini medorong kita untuk berusaha terus mendekatkan diri kepada Allah ta’ala, karena kita tidak tahu, bisa jadi kita diciptakan Allah sebagai hamba yang dekat denganNya. Maka kita pun diperintah Allah untuk terus mendekat pada-Nya.

Sekaligus, hal ini mengajarkan kita untuk tawadlu’ (rendah hati) dan tidak merendahkan orang lain, karena kedudukan yang kita miliki adalah semata pemberian Allah ta’ala. Semoga Allah menetapkan kita dalam Iman dan Islam. Amiin.

Wallahu A’lam

Artikel ini telah dibaca 11 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Setelah Darmogandhul. Lalu apa lagi?

4 Januari 2022 - 20:20 WIB

Kelas Jangkah Akademi & Serat Ambatik

23 Agustus 2021 - 00:13 WIB

Mistifikasi Dalam Babad Diponegoro

7 Agustus 2021 - 02:09 WIB

Kitab Nurudzolam & mbah Pramoedya Ananta Toer

10 Juni 2021 - 07:57 WIB

Wudlu Menurut Kiai Sholeh Darat

7 Juni 2021 - 09:24 WIB

4 kelompok Manusia Menurut Kyai Sholeh Darat

31 Mei 2021 - 03:06 WIB

Trending di Ngaji Naskah